Teluk Bintuni, IndikatorNews.co.id – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H kembali hadir sebagai momentum penting bagi umat Islam, bukan sekadar seremonial, tetapi sebagai ruang renungan untuk meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Teluk Bintuni, Ustad Rahman Urbun, saat di temui menjelaskan, Di tengah dinamika bangsa Indonesia yang sedang menghadapi tantangan moral, sosial, dan ekonomi, teladan Nabi menjadi pelita yang menuntun umat keluar dari kegelapan menuju cahaya kehidupan sebagai bagian dari diutusnya nabi Muhammad Saw dalam rangka memperbaiki akhlak umat pada zaman jahiliah. Kamis (11/9/2025).
Maulid Nabi mengingatkan kita akan kelahiran sosok agung yang membawa risalah kasih sayang bagi semesta alam. Rasulullah hadir di tengah masyarakat jahiliyah yang penuh kebencian, perpecahan, ketidakadilan, serta jurang kaya dan miskin yang semakin lebar. Dengan kelembutan akhlak, kebijaksanaan, dan kesabaran, beliau mampu mengubah peradaban dunia.
Hari ini, Indonesia pun menghadapi ujian serupa. Perpecahan di antara sesama anak bangsa karena perbedaan politik, maraknya ujaran kebencian, serta melemahnya nilai kejujuran dan amanah di ruang publik, seakan mengingatkan kita pada kondisi umat sebelum kedatangan Rasul. Namun, sejarah menunjukkan bahwa kegelapan itu bisa berubah menjadi cahaya jika umat kembali pada teladan Nabi, mengedepankan persaudaraan, menegakkan keadilan, dan merawat kepedulian terhadap sesama.
Di saat bangsa berjuang keluar dari kesulitan ekonomi, meningkatnya angka pengangguran, serta ancaman krisis lingkungan, Maulid Nabi 1447 H sepatutnya menjadi alarm kebersamaan.
Dikatakan Ustad Rahman Urbun Rasulullah SAW mengajarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Maka, momentum ini harus menguatkan semangat gotong-royong, kepedulian sosial, dan solidaritas kebangsaan. Seperti tertuang dalam Al-Qur’an Al-hujjarat ayat 13.
Yang artinya ” Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” terang Ustad Rahman Urbun.
Menghidupkan Maulid Nabi berarti menyalakan kembali nilai kejujuran di tengah maraknya praktik korupsi, meneguhkan keadilan di tengah ketimpangan sosial, serta menumbuhkan kasih sayang di tengah merebaknya kebencian. Umat Islam Indonesia, yang menjadi mayoritas, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi teladan kebaikan bagi bangsa.
Seperti halnya Rasulullah SAW yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin dan sekaligus menjadi suri tauladan baik untuk manusia, firman Allah Al- Ahzab ayat 21, pada peringatan Maulid Nabi 1447 H harus menjadi energi baru untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Dengan demikian, Indonesia akan tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang damai, beradab, dan bermartabat di mata dunia. (Wn).


Comment